Sukabumikita.id

Kategori: KESEHATAN

  • Dinkes Kota Sukabumi Luncurkan Dua Program Unggulan Tekan Kematian Ibu dan Bayi

    Dinkes Kota Sukabumi Luncurkan Dua Program Unggulan Tekan Kematian Ibu dan Bayi

    SUKABUMIKITA.ID – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi terus memacu inovasi untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang hingga kini masih menjadi tantangan besar di sektor pelayanan kesehatan.

    Melalui dua program andalan, SERIBU dan SIRAMAN, Dinkes berupaya mengoptimalkan intervensi sejak dini, mempercepat penanganan kegawatdaruratan, dan memperkuat sinergi antar-lini fasilitas kesehatan.

    Kepala Dinkes Kota Sukabumi, Dr. Reni Rosyida Muthmainnah, menjelaskan bahwa program SERIBU (Sinergitas Upaya Penurunan Kematian Ibu) mengusung pendekatan menyeluruh berbasis sepuluh strategi inti. Fokus utamanya adalah peningkatan kualitas layanan kesehatan ibu hamil sejak masa kehamilan awal.

    “Program ini bukan hanya soal pemeriksaan rutin. Kami memperkuat layanan ANC (Antenatal Care) dengan USG obstetri dasar, melibatkan dokter spesialis kandungan secara aktif, dan menghadirkan pendampingan oleh tim ahli kesehatan,” ungkap Reni, Kamis (03/07/2025).

    Tidak hanya itu, SERIBU juga melibatkan pemanfaatan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pembinaan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), pemantauan data melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), serta pelaporan berbasis satu pintu agar koordinasi dan akurasi data lebih maksimal.

    Respons Cepat dengan SIRAMAN

    Sementara itu, program SIRAMAN (Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal Terintegrasi) hadir untuk menjawab tantangan dalam hal penanganan kondisi kegawatdaruratan pada ibu hamil dan bayi baru lahir.

    Berbasis komunikasi digital, program ini memanfaatkan aplikasi WhatsApp sebagai jalur komunikasi utama antara puskesmas dengan rumah sakit rujukan tipe B.

    “Melalui SIRAMAN, dokter dan tenaga kesehatan di lapangan dapat langsung berkonsultasi dengan DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) tanpa harus melalui prosedur berbelit. Ini sangat penting di situasi gawat yang membutuhkan keputusan cepat,” jelas Reni.

    Sistem ini memungkinkan pasien dalam kondisi kritis mendapatkan akses penanganan medis lanjutan dengan segera, mengurangi potensi keterlambatan dan komplikasi.

    Harapan Baru untuk Kesehatan Ibu dan Anak

    Dengan kombinasi deteksi dini, respons cepat, serta koordinasi antarfasilitas kesehatan yang semakin kuat, Dinkes Kota Sukabumi berharap program SERIBU dan SIRAMAN mampu memberikan dampak signifikan terhadap penurunan AKI dan AKB.

    “Kami berharap, melalui langkah-langkah strategis ini, nyawa ibu dan bayi bisa lebih banyak terselamatkan, serta pelayanan kesehatan menjadi semakin optimal di tengah masyarakat,” tutup Reni. (Cr5)

  • Layanan Ambulans Sigap Dinkes Kota Sukabumi Diapresiasi Warga

    Layanan Ambulans Sigap Dinkes Kota Sukabumi Diapresiasi Warga

    SUKABUMIKITA.ID – Layanan ambulans sigap yang dioperasikan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Banyak warga mengakui bahwa kecepatan dan responsivitas tim ambulans sangat membantu dalam situasi darurat, baik medis maupun nonmedis.

    Salah seorang warga Kecamatan Cikole, Lina, menceritakan pengalamannya saat membutuhkan ambulans untuk membawa orang tuanya yang mendadak sakit. Menurutnya, petugas datang hanya dalam hitungan menit setelah dihubungi, dan langsung memberikan penanganan awal sebelum membawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat.

    “Saya sangat terbantu. Waktu itu orang tua saya sakit dan butuh penanganan cepat. Ambulans Sigap datang dalam waktu singkat. Petugasnya sigap dan sabar,” ujar Lina, Selasa (01/07/2025).

    Tidak hanya cepat, tim ambulans juga dikenal ramah dan profesional. Petugas dilengkapi dengan pelatihan penanganan darurat serta peralatan medis dasar yang dibutuhkan dalam kondisi kritis.

    Dukungan Warga Jadi Motivasi Pelayanan

    Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Dr. Reni R. Muthmainnah, menyampaikan terima kasih atas kepercayaan masyarakat terhadap layanan ambulans sigap. Ia menyatakan bahwa dukungan dan apresiasi dari masyarakat akan menjadi motivasi bagi pihaknya untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan.

    “Kami berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk warga Sukabumi. Apresiasi dari masyarakat ini menjadi semangat kami untuk terus berbenah, baik dalam kecepatan tanggap maupun mutu layanan medis di lapangan,” ucap Reni.

    Reni menambahkan bahwa ambulans sigap merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah daerah dalam menjamin akses layanan kesehatan yang cepat dan merata, terutama pada situasi darurat. Oleh karena itu, pihaknya terus memastikan kesiapan armada, petugas, dan jalur komunikasi agar semua berjalan efisien.

    Imbauan untuk Simpan Nomor Darurat

    Untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, Dinkes mengimbau agar warga menyimpan nomor layanan ambulans sigap dan tidak ragu untuk menghubungi jika terjadi kondisi gawat darurat.

    “Kami berharap masyarakat tahu ke mana harus menghubungi saat terjadi kondisi darurat. Layanan ini gratis dan tersedia 24 jam, demi menjamin keselamatan dan kesehatan warga,” imbuh Reni.

    Dengan kecepatan tanggap dan pendekatan yang humanis, layanan ambulans sigap Dinkes Kota Sukabumi semakin menjadi kepercayaan warga sebagai solusi pertama dalam situasi darurat kesehatan. (Cr5)

  • Waspadai Penularan Penyakit Lewat Udara, SKUDR Diterapkan di Seluruh Puskesmas Sukabumi

    Waspadai Penularan Penyakit Lewat Udara, SKUDR Diterapkan di Seluruh Puskesmas Sukabumi

    SUKABUMIKITA.ID – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi mulai melaksanakan program pemantauan Kualitas Udara Dalam Ruang (SKUDR) sebagai bentuk upaya mencegah penyebaran penyakit menular seperti influenza, tuberkulosis (TBC), pneumonia, Covid-19, asma, dan gangguan saluran pernapasan lainnya. Kegiatan ini dilakukan secara masif di seluruh wilayah kota melalui keterlibatan seluruh puskesmas.

    Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Dr. Reni Rosyida Muthmainnah, menyampaikan bahwa SKUDR merupakan bagian dari strategi promotif dan preventif yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko yang tersembunyi di dalam lingkungan rumah tangga.

    “Survei ini dilakukan di seluruh puskesmas, dan setiap puskesmas akan mengambil sampel dari 30 rumah tangga di wilayahnya masing-masing. Tujuannya untuk mengetahui gambaran nyata kondisi udara di dalam rumah masyarakat,” ujarnya, Seni (30/06/2025).

    Menurut Reni, kualitas udara dalam ruang menjadi faktor penting dalam menjaga kesehatan keluarga. Udara yang tidak bersih dan sirkulasi yang buruk berpotensi menjadi jalur penularan berbagai penyakit yang menyebar lewat droplet atau partikel di udara.

    “Data yang dikumpulkan dari survei ini akan menjadi dasar bagi kami untuk menyusun intervensi yang sesuai, baik berupa edukasi, perbaikan sanitasi rumah, hingga penyuluhan perilaku hidup sehat,” tambahnya.

    Ciptakan Hunian Sehat dan Bebas Penyakit

    Dinkes Kota Sukabumi menilai kegiatan ini sebagai langkah strategis yang berdampak jangka panjang terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, program SKUDR juga sejalan dengan misi pemerintah daerah dalam membangun lingkungan hunian yang aman dari paparan penyakit menular berbasis udara.

    “Kami tidak ingin hanya bersikap reaktif setelah kasus muncul. Pencegahan adalah kunci. Lewat SKUDR ini, kita bisa mengintervensi sebelum penyakit menyebar lebih luas,” jelas Reni.

    Pelaksanaan SKUDR juga sekaligus menjadi bentuk nyata dari komitmen Pemerintah Kota Sukabumi dalam memperkuat sistem kesehatan lingkungan yang berorientasi pada masyarakat. Reni berharap kegiatan ini dapat memperkuat kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitas udara dan kebersihan lingkungan tempat tinggal.

    “Dengan adanya SKUDR, kami ingin membangun kesadaran bersama bahwa rumah yang sehat adalah bagian dari perlindungan diri dari penyakit. Kolaborasi antara petugas kesehatan dan masyarakat sangat kami harapkan agar hasil yang dicapai bisa maksimal,” pungkasnya. (Cr5)

  • Dinkes Kota Sukabumi Siaga Hadapi Ancaman Varian Baru Covid-19

    Dinkes Kota Sukabumi Siaga Hadapi Ancaman Varian Baru Covid-19

    SUKABUMIKITA.ID – Potensi ancaman dari gelombang baru Covid-19 membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi kembali mengambil langkah proaktif. Sejumlah strategi pencegahan diperkuat menyusul peringatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) terkait munculnya varian baru seperti XEC, JN.1, LF.7, dan NB.1.8 yang dilaporkan menyebar di negara-negara Asia, termasuk Thailand, Hong Kong, Malaysia, dan Singapura.

    Arahan ini tertuang dalam Surat Edaran Kemenkes Nomor SR.03.01/C/1422/2025 yang dikeluarkan pada 23 Mei 2025. Seluruh pemerintah daerah, termasuk Kota Sukabumi, diminta untuk kembali menegakkan protokol kesehatan, mengaktifkan deteksi dini di fasilitas layanan kesehatan, serta melakukan pemetaan risiko untuk mencegah transmisi lebih luas.

    Kepala Dinkes Kota Sukabumi, Dr. Reni R. Muthmainnah, M.Kes., menyatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan langkah konkret, terutama melalui Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P). Fokus utama diarahkan pada penguatan edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta peningkatan kesiapsiagaan di seluruh fasilitas kesehatan seperti puskesmas, klinik, hingga rumah sakit.

    “Kami memperkuat sistem yang selama ini telah berjalan. Edukasi ke masyarakat kembali digencarkan agar mereka sadar pentingnya menjaga kebersihan, termasuk mencuci tangan dan memakai masker saat perlu,” ujar Reni saat ditemui pada Kamis (26/06/2025).

    Ia juga menegaskan, hingga saat ini belum ditemukan kasus baru Covid-19 di Kota Sukabumi. Namun, Dinkes tidak ingin kecolongan. Proses deteksi dini terus ditingkatkan agar setiap potensi penyebaran dapat ditangani sejak awal.

    Belajar dari Pandemi Sebelumnya

    Kota Sukabumi punya pengalaman panjang menghadapi pandemi Covid-19. Kasus pertama tercatat pada 1 April 2020, menandai awal masa krisis yang memukul berbagai sektor. Pada periode Mei-Juni 2020, kota ini sempat mencatat prestasi sebagai zona hijau dengan tingkat positivity rate di kisaran 1-2 persen.

    Kala itu, penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jawa Barat sangat membantu menekan angka kasus. Bahkan, Wakil Presiden Ma’ruf Amin sempat mengunjungi Kota Sukabumi untuk meninjau kesiapan pembelajaran tatap muka yang dijadikan percontohan nasional.

    Belajar dari pengalaman tersebut, Dinkes kini tidak ingin terlena. Ancaman dari varian baru dinilai cukup serius karena tingkat penyebarannya lebih cepat dibandingkan varian sebelumnya.

    “Kami mendorong masyarakat untuk kembali waspada. Jangan menunggu kasus melonjak baru bertindak. Penting menjaga imunitas, melaporkan gejala kesehatan, dan mendukung upaya preventif yang dilakukan pemerintah,” tegas Reni.

    Selain itu, kolaborasi menjadi kunci. Dinkes menggandeng berbagai elemen masyarakat serta tenaga kesehatan dalam memperkuat sistem respons di lapangan.

    “Kita semua punya peran penting dalam menghadapi gelombang ini. Masyarakat, fasilitas kesehatan, dan pemerintah harus satu visi demi keselamatan bersama,” tandasnya. (Cr5)

  • Wali Kota Sukabumi Targetkan Zero Stunting pada 2026, Ini Strateginya

    Wali Kota Sukabumi Targetkan Zero Stunting pada 2026, Ini Strateginya

    SUKABUMIKITA.ID — Pemerintah Kota Sukabumi terus memperkuat komitmennya dalam memerangi stunting. Wali Kota Sukabumi,  Ayep Zaki, menargetkan capaian ambisius berupa “new zero stunting” atau penurunan angka stunting secara signifikan hingga mencapai titik terendah pada tahun 2026.

    Komitmen tersebut ditegaskan langsung dalam kegiatan Pelatihan Kapasitas Kader Posyandu dalam Pencegahan dan Penanganan Stunting yang berlangsung di Aula Kelurahan Sindangsari, Kecamatan Lembursitu, pada Senin, 23 Juni 2025.

    Kegiatan ini dihadiri oleh Camat Lembursitu, Yudi Sutriana, Lurah Sindangsari, Yunan Ananda, serta para kader Posyandu dari berbagai lingkungan di wilayah tersebut.

    “Stunting bukan hanya soal kesehatan, tapi soal masa depan generasi kita. Maka, kita perlu kerja keras dan kolaborasi dari semua pihak,” ujar Ayep Zaki dalam sambutannya.

    Penguatan Peran Kader Posyandu

    Pelatihan ini menjadi bagian dari strategi Pemkot Sukabumi untuk menjadikan kader posyandu sebagai ujung tombak dalam mengedukasi dan mendampingi keluarga dalam pencegahan stunting. Wali Kota menekankan pentingnya peran keluarga, khususnya pola asuh dan pola konsumsi gizi yang tepat bagi anak-anak.

    Dalam upaya memperkuat intervensi gizi, Ayep Zaki juga mengumumkan peningkatan anggaran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) menjadi Rp250 ribu per Posyandu.

    “PMT-nya kita siapkan berupa telur, pisang, dan kacang hijau. Ini makanan bergizi tinggi yang menunjang tumbuh kembang anak,” jelasnya.

    Langkah ini bertujuan menjangkau keluarga rentan sekaligus memberi manfaat nyata dalam mengatasi masalah gizi buruk dan stunting di tingkat kelurahan.

    Wali Kota Sukabumi juga menegaskan bahwa pengentasan stunting berjalan seiring dengan upaya penanggulangan kemiskinan. Karena itu, Pemkot mendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber utama pembiayaan berbagai program sosial dan kesehatan.

    Sebagai implementasi awal program, panitia pelatihan membagikan makanan tambahan secara simbolis kepada anak-anak dan ibu-ibu perwakilan warga. Momen tersebut menandai dimulainya distribusi bantuan gizi secara berkala di wilayah Kelurahan Sindangsari.

    Wali Kota menutup acara dengan harapan besar agar pelatihan ini memperkuat sinergi antara pemerintah, kader posyandu, dan masyarakat. Ia menekankan bahwa kualitas sumber daya manusia akan meningkat apabila masyarakatnya sehat dan teredukasi dengan baik.

    “Jika masyarakat sehat, kualitas SDM meningkat, maka masa depan Kota Sukabumi akan jauh lebih baik,” tutup Ayep Zaki optimistis. (Cr5)

  • Dinkes Kota Sukabumi Gencarkan Kolaborasi Tangani Pasien HIV

    Dinkes Kota Sukabumi Gencarkan Kolaborasi Tangani Pasien HIV

    SUKABUMIKITA.ID – Upaya penanggulangan HIV/AIDS di Kota Sukabumi kembali diperkuat melalui forum pertemuan lintas sektor yang digelar oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, yang diselenggarakan beberapa waktu lalu.

    Fokus utama pertemuan ini adalah penanganan pasien HIV yang dikategorikan sebagai Lost to Follow Up (LFU), yaitu mereka yang tidak lagi menjalani terapi pengobatan secara rutin.

    Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi, drg. Wita Darmawanti, menyatakan bahwa sinergi antar-lembaga menjadi hal krusial dalam mengembalikan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) ke layanan pengobatan.

    “Pertemuan ini menjadi langkah awal yang strategis. Kami ingin memastikan bahwa semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, LSM, hingga petugas lapangan, punya peran dan strategi yang terarah,” ujar drg. Wita, Senin (02/06/2025).

    Ia menjelaskan bahwa tantangan utama saat ini adalah menjangkau kembali pasien yang menghentikan pengobatan. Banyak di antara mereka terhambat oleh faktor sosial, tekanan stigma dari lingkungan, hingga kurangnya pemahaman tentang pentingnya terapi antiretroviral (ARV) secara konsisten.

    “Penting bagi kita untuk mendekati kasus ini dengan perspektif komunitas, melalui edukasi yang berkelanjutan. Edukasi bukan hanya soal medis, tapi juga membangun rasa aman dan dukungan bagi pasien,” tambahnya.

    Dalam forum tersebut, Dinkes Kota Sukabumi bersama mitra lintas sektor juga membahas sejumlah strategi seperti pelacakan aktif pasien LFU, peningkatan sistem monitoring dan pelaporan, serta penguatan peran pendamping pasien di lapangan.

    “Melalui pendekatan kolaboratif ini, kami berharap dapat menekan laju penularan HIV di masyarakat, sekaligus meningkatkan kualitas hidup pasien yang kembali ke jalur pengobatan,” jelas drg. Wita.

    Ia menekankan, jika pendekatan ini dilakukan secara konsisten, maka angka keberhasilan pengobatan HIV di Kota Sukabumi akan meningkat signifikan. Kolaborasi dan dukungan dari semua elemen masyarakat, menurutnya, adalah kunci dalam memutus mata rantai penyebaran HIV/AIDS. (Cr5)

  • Dinkes Kota Sukabumi Dorong Deteksi Dini Penyakit Lewat SATUSEHAT Mobile

    Dinkes Kota Sukabumi Dorong Deteksi Dini Penyakit Lewat SATUSEHAT Mobile

    SUKABUMIKITA.ID – Pemerintah Kota Sukabumi melalui Dinas Kesehatan terus mendorong peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini berbagai penyakit, terutama penyakit tidak menular.

    Salah satu langkah konkrit yang dilakukan adalah dengan mengajak masyarakat memanfaatkan fitur cek kesehatan gratis melalui aplikasi SATUSEHAT Mobile.

    Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, drg. Wita Darmawanti, menjelaskan bahwa aplikasi ini merupakan sarana praktis dan efisien untuk melakukan skrining mandiri tanpa harus datang langsung ke fasilitas kesehatan.

    “Cukup dengan menggunakan ponsel, masyarakat bisa mengisi kuesioner kesehatan secara mandiri. Hasilnya akan langsung diterima melalui WhatsApp atau notifikasi dari aplikasi. Ini sangat memudahkan,” ujarnya saat diwawancarai pada Rabu (04/06/2025).

    Menurut Wita, upaya ini merupakan bagian dari strategi promotif dan preventif yang dikembangkan Dinas Kesehatan. Masyarakat yang melakukan skrining akan mendapatkan informasi awal terkait potensi risiko penyakit yang dimiliki, serta saran langkah lanjutan yang bisa diambil.

    “Skrining ini sangat bermanfaat untuk mengetahui lebih awal kemungkinan risiko kesehatan. Dengan data tersebut, masyarakat bisa segera mengambil langkah pencegahan, sementara petugas kesehatan bisa merancang intervensi lanjutan,” jelasnya.

    Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa SATUSEHAT Mobile sangat berguna dalam membangun basis data kesehatan warga. Data tersebut nantinya akan menjadi acuan penting dalam pengambilan kebijakan kesehatan publik yang lebih tepat sasaran.

    “Kesadaran masyarakat akan deteksi dini akan sangat mendukung kinerja layanan kesehatan secara keseluruhan. Data dari aplikasi ini bisa menjadi pijakan dalam pelayanan berkelanjutan,” imbuhnya.

    Ia pun mengajak seluruh warga untuk tidak ragu memanfaatkan aplikasi ini. “Dengan SATUSEHAT, deteksi risiko kesehatan bisa dilakukan cepat, mudah, dan gratis. Mari bersama kita bangun budaya hidup sehat di tengah masyarakat,” pungkas drg. Wita. (Cr5)

  • RSUD Al-Mulk Klarifikasi Video Viral, Akui Kendala Ruang Rawat Anak

    RSUD Al-Mulk Klarifikasi Video Viral, Akui Kendala Ruang Rawat Anak

    SUKABUMIKITA.ID – Pihak RSUD Al-Mulk Kota Sukabumi memberikan penjelasan resmi terkait video keluhan seorang ibu yang viral di media sosial, mengenai pelayanan medis terhadap anaknya yang sakit. Manajemen rumah sakit menyatakan bahwa, seluruh prosedur medis telah dilakukan sesuai dengan standar, namun pada saat kejadian terjadi kendala kapasitas ruang rawat inap yang penuh.

    Peristiwa itu terjadi pada Jumat malam (30/05/2025) sekitar pukul 18.40 WIB. Seorang anak dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Al-Mulk dengan keluhan diare berdarah. Setelah menjalani pemeriksaan medis, tim dokter menyarankan agar pasien segera dirawat inap. Namun, saat itu, seluruh kamar rawat inap anak dalam kondisi penuh.

    “Dalam kondisi darurat seperti itu, kami wajib menyarankan rujukan ke rumah sakit lain agar pasien bisa segera ditangani dengan lebih baik,” jelas Humas RSUD Al-Mulk dalam keterangannya, Sabtu (31/05/2025).

    Baca juga: Angka Stunting di Kota Sukabumi Turun Drastis ke 16,8 Persen

    Sayangnya, proses rujukan tidak berjalan mulus. Program layanan gratis yang berlaku di RSUD Al-Mulk dengan hanya menunjukkan KTP tidak bisa digunakan di rumah sakit rujukan. Sementara itu, kepesertaan BPJS pasien ternyata tidak aktif karena tunggakan, sehingga jika dirujuk, pasien harus membayar sebagai pasien umum. Hal tersebut membuat pihak keluarga memilih tidak melanjutkan proses rujukan.

    “Keputusan untuk tidak melanjutkan perawatan ke rumah sakit rujukan adalah atas permintaan keluarga pasien. Kami sudah memberikan informasi dan opsi sejelas mungkin,” tambah pihak rumah sakit.

    Menanggapi viralnya video keluhan tersebut, manajemen RSUD Al-Mulk langsung bergerak. Pada Sabtu (31/05/2025), perwakilan rumah sakit mengunjungi kediaman pasien di wilayah Lembursitu untuk memberikan penjelasan secara langsung sekaligus meminta maaf kepada keluarga.

    “Kunjungan ini adalah bentuk tanggung jawab kami dalam menjaga komunikasi dan kepercayaan masyarakat. Alhamdulillah, keluarga menerima penjelasan kami dengan baik,” ungkap perwakilan Humas.

    Baca juga: Dinkes Kota Sukabumi Fokus pada Penurunan Stunting dan Penguatan Layanan Kesehatan di 2026

    Pihak RSUD Al-Mulk juga menyatakan komitmennya untuk terus mengevaluasi dan meningkatkan mutu layanan, terutama dalam hal penanganan darurat dan ketersediaan ruang rawat inap.

    “Kejadian ini menjadi evaluasi penting. Kami akan fokus pada peningkatan kapasitas ruang rawat anak dan memperkuat koordinasi sistem rujukan agar tidak terjadi kendala serupa di kemudian hari,” ujarnya.

    Dengan penjelasan yang telah diberikan dan langkah-langkah perbaikan yang disiapkan, RSUD Al-Mulk berharap kepercayaan publik terhadap pelayanan kesehatan tetap terjaga. Di sisi lain, pihak rumah sakit juga mengajak masyarakat untuk terus mendukung upaya peningkatan kualitas layanan, termasuk dengan memastikan dokumen jaminan kesehatan tetap aktif.

    “Kami tidak menutup mata terhadap kritik. Semua masukan masyarakat adalah bahan berharga untuk kami berbenah,” tutup pihak Humas.

    Baca juga: FPD Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Walikota: Triple Sehat Bekal Untuk Membangun Kota

    Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Dr. Reni Rosyida Muthmainnah, turut angkat bicara mengenai insiden tersebut. Ia menyatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari RSUD Al-Mulk dan mendukung penuh upaya perbaikan layanan yang dilakukan.

    “Kami memahami bahwa kejadian ini menimbulkan ketidakpuasan. Namun kami pastikan, rumah sakit dan seluruh faskes di bawah kami berkomitmen melayani masyarakat sebaik mungkin,” kata Reni.

    Reni menegaskan bahwa insiden ini akan menjadi bahan evaluasi menyeluruh, termasuk dalam memastikan proses rujukan berjalan lebih efektif serta mendorong warga untuk memastikan keaktifan BPJS sebagai jaminan kesehatan.

    “Kami harap masyarakat bisa turut berperan aktif, salah satunya dengan memastikan kepesertaan BPJS aktif agar pelayanan kesehatan bisa berjalan lancar,” ujarnya. (Cr5)

  • RI Gandeng Swedia Perkuat Bioteknologi dan Sistem Kesehatan Nasional

    RI Gandeng Swedia Perkuat Bioteknologi dan Sistem Kesehatan Nasional

    SUKABUMIKITA.ID — Pemerintah Indonesia menjajaki kerja sama strategis dengan Swedia di bidang teknologi kesehatan dan bioteknologi. Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin usai mengikuti Konferensi Kesehatan SISP Indonesia-Swedia di Jakarta, Selasa (27/05/2025).

    “Swedia memiliki kemajuan yang sangat pesat di bidang kedokteran presisi untuk diagnosis dan pengobatan berbasis bioteknologi. Kami ingin bekerja sama mengembangkan teknologi ini di Indonesia,” ujar Menkes Budi, dilansir dari Antara.

    Menurutnya, Swedia merupakan negara dengan sistem layanan kesehatan yang sudah sangat terintegrasi dan menjadi pemimpin global di sektor tersebut. Oleh karena itu, Indonesia berencana untuk mengadopsi sejumlah inovasi Swedia, termasuk riwayat medis elektronik dan optimalisasi rasio tenaga kesehatan.

    Menkes menyebut, saat ini Indonesia hanya memiliki 600 ribu perawat untuk 280 juta penduduk, dengan rasio 2,1 per 1.000 penduduk. Sementara itu, rasio dokter hanya 0,6 per 1.000 penduduk. Di sisi lain, Swedia memiliki rasio perawat jauh lebih tinggi, yakni 12 per 1.000 penduduk untuk populasi sekitar 10 juta jiwa.

    “Swedia sudah mulai mencatat riwayat kesehatan warganya sejak tahun 1749, dan sistem tersebut kini sangat terintegrasi. Ini sangat membantu baik pasien maupun praktisi kesehatan,” imbuhnya.

    Sebagai tindak lanjut, Kementerian Kesehatan RI akan mengirimkan tim ke Swedia dalam tiga bulan ke depan untuk mempelajari lebih dalam sistem kesehatan negara Skandinavia tersebut.

    Selain itu, kerja sama riset dan pendidikan juga dijajaki, terutama melalui Institut Karolinska, lembaga riset kesehatan ternama di Swedia, yang akan bekerja sama dengan universitas serta badan riset Indonesia.

    Menambah kekuatan kerja sama ini, Kemenkes RI dan Kemenkes Swedia telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang mencakup pertukaran informasi, pelatihan SDM kesehatan, dukungan teknologi, hingga investasi di perusahaan patungan Indonesia-Swedia di sektor kesehatan.

    “Langkah ini bukan hanya untuk mengejar ketertinggalan, tapi juga untuk melompat lebih jauh menuju sistem kesehatan nasional yang modern, efisien, dan berbasis data,” tegas Menkes Budi. (Cr5)

  • Kasus COVID-19 Naik di Asia, Kemenkes: Indonesia Masih Aman, Tetap Waspada

    Kasus COVID-19 Naik di Asia, Kemenkes: Indonesia Masih Aman, Tetap Waspada

    SUKABUMIKITA.ID Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menanggapi tren peningkatan kasus COVID-19 di sejumlah negara Asia seperti Singapura, Thailand, dan Hongkong.

    Peningkatan tersebut terjadi di tengah mobilitas tinggi masyarakat, termasuk agenda internasional yang dihadiri warga Indonesia, seperti konser Lady Gaga yang dimulai 18 Mei 2025.

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, menyatakan bahwa kondisi Indonesia hingga minggu ke-19 tahun 2025 masih tergolong aman.

    “Di tengah dinamika global, kami ingin menyampaikan bahwa kondisi di Indonesia tetap aman. Surveilans penyakit menular, termasuk COVID-19, terus kami perkuat,” ujar Aji dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (19/05).

    Lonjakan Kasus di Luar Negeri, Belum Ada Pengetatan

    Kemenkes mencatat, lonjakan kasus di Singapura saat ini masih dalam pola musiman yang biasa terjadi setiap tahun. Varian yang beredar adalah turunan dari JN.1, yang menurut pemantauan tidak menyebabkan peningkatan tingkat keparahan penyakit.

    Meski belum ada kebijakan pengetatan keluar-masuk negara, Kemenkes menegaskan bahwa pengawasan di pintu masuk internasional tetap diperketat melalui SatuSehat Health Pass (SSHP). Belum ada larangan perjalanan ke luar negeri, namun masyarakat diimbau waspada, terutama jika bepergian ke negara-negara yang tengah mengalami lonjakan kasus.

    “Kami mendorong masyarakat untuk mengikuti perkembangan situasi di negara tujuan, mematuhi protokol kesehatan di sana, dan menunda perjalanan jika tidak mendesak,” tegas Aji.

    Tetap Terapkan Prokes dan Dapatkan Booster

    Sebagai langkah pencegahan, masyarakat diimbau untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dasar, antara lain:

    • Mencuci tangan dengan sabun

    • Menggunakan masker saat sakit atau batuk pilek

    • Segera memeriksakan diri jika muncul gejala infeksi saluran napas

    Vaksinasi booster COVID-19 juga tetap direkomendasikan, terutama bagi kelompok lansia dan penderita komorbid yang memiliki risiko lebih tinggi terhadap gejala berat COVID-19.

    “Masyarakat tidak perlu panik, namun kewaspadaan tetap penting. Kami pastikan langkah-langkah deteksi dini, pelaporan, dan kesiapsiagaan terus kami jalankan,” tutup Aji. (Cr5)